Senin, 16 Juli 2012

hanya untuk memikirkan tour di Kepanjen, lebih dalam

Sudah lama saya ingin tahu
mengapa banyak kota, banyak tempat ku kunjungi
tapi tak pernah ada rasa yang terkenang
tentang kota itu

Baru kali ini saya merasakan
betapa beratnya mengangkat kaki dari
tempat belajar bekerja ini

entah mengapa tak kutemukan alasan yang jelas untuk tak pergi
hati hanya merasa, damai. . .

di sini kutemukan seorang kakak yang menjadi panutanku
sudah sedasawarsa lebih tak ketemu, namun masih mengingat senyumku
beliau bekerja dengan giat, tak peduli berapapun gaji yang ia terima
dia bekerja hanya demi, sebuah kebenaran
dan kutemukan makna sebuah pengabdian

di sini kutemukan, pemandangan memukau di setiap pagi,
ketika nafas masih menghebuskan embun,
dan ketika letih pun tiba di sore hari,
pemandangan itu tetap mempesona
dan kutemukan makna sebuah rumah

dan yang terus mengganggu pikiranku,
disini kutemukan seorang kakak yang manis
senyumnya, muka manisnya, entah apalagi yang lainnya,
mungkin hanya suasana saat dengannya yang paling terasa,
membuat arjuna desa ini terlihat bodoh di depannya. . .

aku tak tahu siapa dia, tak peduli dia siapa
yang kutahu, sorot matanya kini menjadi sorot mataku
aku tak peduli, lagi-lagi tak peduli apapun predikat yang melekat di dirinya
manis, tetaplah manis

masih banyak sebenarnya yang ingin kuceritakan.
tapi hati dan pikiran ini tak bisa berhenti dari dia.
sudah beberapa hari ini, masih kehabisan waktu untuk mengerjakan syarat kelulusanku. . .
masih, membebaniku. . .
ah, tak peduli. kerjakan saja dengan asal-asalan
dia telah membuatku stuck :D

Di tempat terindah di Kepanjen ini, aku sadar
untuk menikmati tour, gunakan perasaan,
gunakan hati untuk menikmati suasananya secara mendalam
menambahkanku ilmu, bahwa untuk menikmati kota
tidak cukup dengan menikmatinya sendirian dengan memutari kota
dan pikiran pun memunculkan kata-kata berfilosofi
seiring dengan hembusan angin segar dan cerahnya matahari
dan rerumputan yang menghijaukan mata
seperti burung kuntul, memutari tempat itu sambil terbang,
hinggap, dan menjejakkan kaki dengan dalam namun lembut,
di atas sawah berlumpur

mungkin besok aku lebih bisa menikmati kota-kota lainnya,
namun tak bisa sehebat ini,
tak akan bisa,
hanya Kepanjen

Dibuat di : Kecopokan
                 di antara sebuah waduk dan sarang lumpur
                 di sebuah gubuk reot penuh angin yang berhembus
                 yang jalannya hanya saya yang tahu di antara kalian
                 di sebuah kaki bukit, di dekat lembah kera

teruntuk yang mengganjal hatiku,
semoga kau membaca, wahai penggemar batik
dan akhirnya mengerti :D

Kecopokan, nantinya juga akan berakhir di sini. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar